Sabtu, 08 Desember 2012

CERPEN


Ribet itu Istimewa
(Melan Kusumandari)

Terik matahari yang menyinari pertiwi seakan mulai terhalang kumpalan mega. Panas yang menyengat kulit sayup-sayup menjadi hawa dingin. Angin sepoi-sepoi seakan menemani udara dalam setiap hembusan. Dan tiba tiba
            Tttttttteeeeeeeeeeeeeeeettttttttt..teeeeeeeeeettttttttt.tttteeeeeeeeeeeeeetttttttttt……
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Ini berarti bahwa seluruh siswa SMA Nusa Bangsa boleh bergegas meninggalkan bangunan tiga tingkat nan megah. Hal ini juga berlaku untuk aku dan teman-temanku.
“Din, Mel, Sit, Lang ini ada undangan sweet seventeen ku. Kalian jangan lupa datang ya. Perayaannya tinggal seminggu lagi. Datang ya….” Kata Putri sambil memberikan undangan pada kami.
“siap 86 dah…:jawab kami kompak.
            Setelah menerima undangan itu, tak seperti biasanya yang selalu nongkrok di warung Yu Jah, waktu itu kita langsung pulang ke rumah masing-masing. Mungkin ini efek dari kuis Matematika yang rumit plus gak bisa ngerjain. Gimana gak pusing coba, kuisnya aja di buat dadadakan ditambah soalnya berjubel banyak dan sulit, plus aku, Dina, Sita, dan Galang semalam gak belajar gara-gara nonton film DVD bersama. Arrrggghh pokoknya bikin pusing tujuh keliling dah.
            Eh, iya lupa belum kenalan, namaku Melda. Anak kelas XI C SMA Nusa Bangsa. Dina, Sita,dan Galang mereka itu temen sekelas, sekomplek, sekaligus sahabat-sahabat aku. Bisa juga dibilang saudaraan juga, soalnya orang tua kita juga sudah saling mengenal satu sama lain dan mengganggap kami seperti anak kandung mereka sendiri. Top Care dah pokoknya.
            Oh iya, diantara kami punya berbagai keunikan sendiri sendiri loh, liat aja bentar lagi pasti bisa nebak keunikan kita,,,Penasaran?? Check it dot
            Hari ini hari Minggu, kami berempat punya planning untuk pergi ke sebuah toko yang menyediakan pernak-pernik atau apalah untuk memberikan sebuah kado yang istimewa buat Putri, yang waktu itu tuh ngasih undangan ultah ke kita.
            “Assalamu’alaikum” kata Sita sambil mengetuk pintu rumahku.
            “Wa’alaikum salam, masuk sini Sit.” Jawab Ibuk aku sambil menyuruh Sita untuk menungguku sambil duduk.
            Ibuk aku langsung ke kamarku dan memberitahuku kalau Sita datang ke rumah. Dengan bergegas aku pun langsung merapikan rambut panjangku dan baju dengan lengan tiga perempat yang kupadukan dengan rok berbahan soft jean. Tak lama setelah itu, aku pun hendak menemui Sita di ruang tamu.
Eeeeiiitssss,, saat ku akan menemui Sita, kulihat si Galang dengan kaos dan jeans hitam serta Dina dengan kaos hitam yang dipadukan dengan hem gombrong lengan panjang kaya anak hip hop plus tak ketinggalan topinya, sudah berdiri di depan pintu.
“Eh, masuk dulu sini sini!” kupersilahkan Dina dan Galang untuk masuk ke rumah dulu.
            Setelah semua merasa siap untuk pergi ke toko “jelewery” kami pun mulai menstater motor matic kami. Alhasil lima belas menit kemudian kami sampai di tempat tujuan.
“Mbak bro,,I will ke tempat sepatu sek ya..see you…” kata Galang yang sangat hobi mencampuradukkan segala macam bahasa dalam kata-katanya.
“aaaiittssss,, yap dah, aku juga mau ke pakaian-pakaian di sana yak” jawab Dina sambil berlalau menuju pakaian cowok.
“eh, kok main ngeloyor saja si semuanya. Aku juga mau ke tempat jilbab-jilbab dulu kalau begitu, hehehee..daaaddaa Melda..”kata Sita sambil berjalan.
            Arrgghh si Galang pasti sibuk nyari-nyari sepatu yang oke. Dina pasti nyari kaos-kaos oblong yang bertuliskan atau bergambar lucu, sementara Sita pasti nyari jilbab, kan diantara kami hanya Sita yang berjilbab. Alhasil dari pada aku berdiri gak jelas di tengah-tengah toko kuputuskan untuk melihat pernak-pernik yang tempatnya gak jauh dari penempatan jilbab-jilbab.
            Dengan melihat seksama dan sesekali memegang pernak-pernik itu, tiba-tiba kulihat Sita sedang mengambil salah satu jilbab untuk selanjutnya dicoba. Ya,, memang aku juga seorang muslim, tapi aku belum berhijab. Tapi kalau dari niatan dan hati ingin banget rasanya berhijab, soalnya kan itu sudah jadi tuntutan wanita muslim, ya kan?? katanya sih gitu loh,,
            “eh, sit boleh liat gak gimana cara pakainya??” kataku mengagetkan Sita sambil menepuk bahunya.
            “weeww,,, bikin kaget ajah kamu Mel..Ya boleh lah mau liat aku pakai atau kamu aku pakaiin?” jawab Sita dengan lembut.
            “emm,, kamu pakai aja Sit, aku liat dulu” kataku sambil memegang hijab yang akan dikenakan Sita.
            “oke oke,,gini ni caranya..” Jawab Sita dengan penjelasan panjang lebar sambil dia mengenakan hijab yang dicobanya.
            “eh,, sit sory ni before. Apa gak ribet pa ya kalau tiap hari pakai hijab??” tanyaku pelan.
“Emm,,ribet sih enggak kalau aku, kan dah biasa. Tapi kalau menurutku siihh,, pakai jilbab dan gak pakai jilbab pasti akan merapikan mahkota yang kita miliki. Kalau misalnya belum pakai jilbab, terus mau pergi ke suatu tempat, pasti kamu akan merapikan rambutmu kan??” tanya Sita dengan pelan
“eh,, ya jelas..” jawabku datar
“Nah begitu juga dengan aku. Kalau aku mau pergi ke suatu tempat aku juga merapikan jilbabku. Kalau dibilang ribet berarti sama-sama ribet dong??” jawab Sita sambil tersenyum.
            Kata-kata Sita Kalau ribet  jadi sama-sama ribet dong,, terus menerus melintas dalam benakku. Kupikir-pikir benar juga ya, kalau aku katakana berjilbab itu ribet, nyisir rambut dan merapikan rambut juga ribet. Berarti sama dong ya??
“ooeee…melamun wae kamu,wes dapat belum kado for Putri” kata Galang membangunkan lamunanku.
“eh,,udah ini,, baguskan” jawabku spontan sambil memperlihatkan pernak-pernik yang kupilihkan buat Putri.
“oh,, yoh yoh yoh, aku ngasih dia ini,,eitttsss buruan go to kasir yuuks,,Dina sama Sita wes nunggu in the kasir” kata Galang sambil menunjukkan kado dan mengajakku ke kasir.
            Saat jalan ke kasir aku berada di belakang Galang. Untuk menuju tempat pembayaran tersebut, kita melalui tempat yang banyak banget jilbab tadi. Perhatianku kembali ke jilbab-jilbab tadi.
“Wooeee…ayok tho,,lets go” kata gilang sambil sedikit berteriak.
            Hari demi hari kulalaui dengan cerah ceria, secerah mentari yang menghiasi langit yang berseri. Tapi di balik keceriaanku masih juga terniang niang kata-kata Sita. Em,,bukan berarti aku jadi sebel sama Sita lho, tapi ini kan tetang hati dan diri aku yang belum sepenuhnya bersatu tentang berhijab.
“heii heii heiii Mas, mbak bro jangan lupa lho, nanti kita dating ke rumahnya Putri bersama-sama” kata Dina memulai perbincangan di warung Yu Jah.
“yyoooiii,,ciyus undangannya at setengah 4” sambung Galang dengan penuh semangat.
“miapah??” kata Yu Jah yang tiba-tiba datang menghampiri meja kami.
Spontan kami pun langsung tertawa, dengan kedatangan Yu jah yang mengatakan kata-kata itu. Bukankah kata-kata itu sanagt fenomenal pemirsa,hehehheh
“Mie goreng 2, mie ayamnya 2…” jawab Sita sambil tersenyum
“Duuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa???” kata Yu jah yang berlagat ayu ting ting
Spontan kami tertawa terbahak-bahak. Gimana gak ketawa coba, Yu jah menirukan ikhlan itu sambil sedikit menari dan mengajungkan jari telunjuk serta jari tengannya. Lucu deh pokoknya,, hehehehh..Dan setelah kami selesai makan, kami bergegas pulang ke rumah masing-masing.
“Haii putri,, Happy bristhday yah, wish you’re dream come true” kataku sambil bersalaman dengan putri. Setelah aku bersalaman disusul dengan Galang, Dina dan Sita.
“iya makasihh semua, Silakan masuk” jawab Putri sambil mempersilahkan kami masuk.
Saat masuk rumah putri, semua mata tertuju padaku. Seolah mereka gak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata. Wajah mereka nampak kaget, badannya berasa kaku, matanya sedikit melotot, dan mulutnya sedikit mengannga. Agak berlebihan juga ya mendeskripsikannya.
“Cantik banget kamu Mel” kata salah seorang tamu, dia juga teman sekelasku sih.
“eh, pasti lama banget tuh dandannya. Dari subuh mungkin”
“iihhh tampil beda dengan sok sok an ni bocah, paling besuk juga dah enggak begini, Cuma biar sensasional aja” kata salah satu tamu juga.
“eh, Din, gak malu apa main sama Melda dengan dandanan baru gitu?”teriak salah satu tamu.
Yaps,mereka begitu karena aku pakai jilbab. Jilbabnya yang waktu itu aku beli pas di toko itu tuh. Dan cara berjilbabnya dengan cara yang diajarin Sita. Saat mendengar kata-kata yang keluar dari teman-teman, Galang, Sita, Dina menenangkanku. Mereka tidak merasa keberatan pergi bersamaku, walau aku berhijab. Dan mereka juga gak malu pergi dengan penampilan baru aku di perayaan ultahnya Putri. Pokoknya mereka itu memang best friend forever dah.
Dan bagiku, Melda versi yang sekarang: kalau sama-sama ribet sama-sama memperindah diri, berhijab itu lebih istimewa. Dan walau apa kata mereka kalau yang kita lakukan benar Why not.

2 komentar: