KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU
(Melan Kusumandari)
Individu berasal dari kata individum (Latin), Yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.1. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat
Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Dengan demikian sering sering digunakan sebutan “orang-orang” di sekitar kita adalah makhluk-makhluk yang agak berdiri sendiri dalam berbagai hal bersama-sama satu sama lain, tetapi dalam banyak hal banyak pula perbedaannya. Sejenis tapi tak sama makin tua semakin maju dan semakin banyak bermacam-macam tingkat peradabannya, terjadi bangsa dengan corak sifat dan tabiat beraneka macam.
“ Manusia” adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materil yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir atau “homo spiens”, makhluk yang berbentuk atau “homo faber” makhluk yang dapat dididik atau “homo educandum”, dan seterunya merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan untuk menetapkan cara pendekatan yang ingin dilakukan tehadap manusia tersebut. Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa manusia yang dimaksud secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang mengejawantahankan menunggalnya bebagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang seimbang dari berbagai segi, yaitu antara segi ( i ) individu dan sosial, (ii) jasmani dan rohani, dan (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut mengambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan manusia dengan Tuhan.
Uraian manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik, haruslah menepatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupan diakhirat. Sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal mutlak dalam manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilkinya dan dapat membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
Bukti telah jelas bahwa seorang anak tidak dilahirkan dengan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, bepikir, atau pembentukan pengalaman harus dipelajari. Barangkali tidak ada minat yang bersifat alami, tetapi dorongan-dorongan potensi tertentu atau impul-impul tertentu membentuk dasar-dasar dari minat apa saja yang dikembangkan anak dilingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.
Sejak lahir, bahkan sejak di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikopisitis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan kodrat sifat kodrat manusia yang harus mendapat perhatian seksama. Pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek sosial.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya, seperti : makan, minum, dan kehangantan tubuhnya terpenuhi.. dalam pertumbuhan lebih luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membuthkan fungsi alat berkomunikasi (bahasa) semakin penting. Ia membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak, maka kebutuhan nonfisiknya semakin banyak. Sudah barang tentu setiap manusia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, baik fisik maupun nonfisik. Apabila dicermati maka kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua atau sekunder. Dengan perkataan lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti perkembangan aspek kejiwaan atau psikisnya.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan. Kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan ; merupakan dua faktor yang tebentuk karena faktor tepisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemempuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan di kerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak kemudian.
Natur dan Nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosioanal pada setiap tingkat perkembangan. Nature(alam sifat dasar) adalah karakteristik yang dimiliki individu sejak kecil. Nurture (pemeliharaan pengasuhan) adalah karakteristik yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi seseorang individu seperti “dia” atau sejauh mana seseorang dipengaruhi subjek penilitian dan diskusi. Karakteristik yang terkait dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Mengenai karakteristik individu ada 3 yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Karakteristik yang berhubungan dengan kemampuan awal (prerequisite skills), seperti kemampuan intelektual, berfikir, dan hal-hal yang berkaitan dengan psikomotor.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan sosio-kultural.
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan kepribadian, seperti sikap, perasaan, minat, dan lainnya.
Pemahaman karakteristik dalam diri individu ini tentu sangat penting bagi para pendidik. Apabila pendidik telah mengetahui karakteristik dari siswa tentu akan lebih mudah menentukan model pembelajaran yang digunakan. Disamping itu, dengan model pembelajaran yang tepat akan menunjang keberhasilan peserta didik.
C. Perbedaan Individu
Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecendrungan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kualitatif dan bukan kualitatif.
Setiap orang, apakah ia berada seorang anak atau seorang dewasa,dan apakah ia berada dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut dengan perbedaan individu atau perbedaan individual. Dalam “perbedaan individual” menurut Landgren menyangkut variasi yang terjadi, baik fariasi pada aspek fisik maupun fsikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya banyak menangis, banyak bergerak, dan kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki seorag bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukan bahwa kedua ibu itu telah menunjukan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu sama lainnya.
Seorang guru setiap ajaran tahun baru selalu menghadapi siswa-siwa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama atau mirip, tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, warna muka, bentuk muka dan semacamnya. Dari fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa satu per satu. Cirri lain yang segra dapat dikenal adalah tingkah lau masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dan senagainya. Ada siswa yang nada suaranya kecil dan ada yang besar atau rendah, ada yang berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-beda.
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu menangkap/mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sifat keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkan kenyataan bahwa siswa memang berbeda dalam kemampuan mereka untuk menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada da am satu tingkat perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaan antara satu dengan yang lainnya dan juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan cirri-ciri dari semua pelajaran pada suatu tingkat pelajaran. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut, tampaknya hal ini telah mendapat banyak perhatian dari para ahli jiwa dan petugas sekolah.
Umur kronologis sebagai faktor yang mewakili tingkat kematangan siswa dank arena itu memungkinkan ia dapat didik hendaknya dilihat sebagai komponen kejiwaan. Tidak peduli betapa tingginya kemampuan mental atau fisik seorang anak seusia tiga tahun, ia tidak diharapkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan anak usia 14 tahun karena perbedaan tingkat kematangan. Kecakapan mental secara umum seperti diukur dengan tes intelegensi merupakan indeks kesiapan anak untuk belajar. Kecakapan khusus yang dimilki anak berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya: masalah ini perlu dipertimbangkan pula, terutama dalam mempelajari hal-hal yang memerlukan kemampuan mental tinggi. Tambahan lagi, kesiapan untuk melibatkan diri dalam situasi belajar tertentu berbeda antara individu satu dan yang lainnya setiap tingkatan umur.
Ada beberapa kategori dalam mengklasifikasikan perbedaan individu, anatara lain:
1. Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan social termasuk statuuus ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan intelegensi dan perbedaan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:
1. Faktor keturunan
Faktor ini disebut juga hereditas. Dipengaruhi oleh gen-gen dari orang tua.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bisa berpengaruh pada lingkungan di mana ia tinggal dan berada.
3. Faktor kognitif (pengetahuan)
4. Factor afektif (budi pekerti)
5. Factor psikomotor (kegiatan yang dilakukan)
6. Pengaruh Campuran
Pengaruh campuran yang dimaksud adalah karena adanya factor kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar