TANAH SURGA KATANYA..
Deddy Mizwar sepertinya belum puas untuk bermain di sekitar wilayah drama satir. Setelah film-film semacam Kentut (2011) dan Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
(2010), Deddy kembali hadir sebagai produser – sekaligus hadir sebagai
pemeran dalam kapasitas terbatas – untuk film terbaru arahan Herwin
Novianto (Jagad X Code, 2009) yang berjudul Tanah Surga… Katanya. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Danial Rifki, Tanah Surga… Katanya
mencoba untuk membahas struktur kehidupan masyarakat yang berada di
daerah perbatasan negara Indonesia – Malaysia, khususnya dari segi
ekonomi. Sebuah sentuhan kritis yang jelas terasa begitu sensitif, namun
Tanah Surga… Katanya mampu menyajikannya dengan penceritaan yang elegan.
Tanah Surga… Katanya berkisah
mengenai dilema kehidupan yang dialami oleh Hasyim (Fuad Idris) ketika
ia diajak oleh anaknya, Haris (Ence Bagus), untuk meninggalkan desanya
yang berada di daerah pinggiran perbatasan Indonesia – Malaysia di
Kalimantan Barat dan berpindah ke Malaysia. Pilihan ini sendiri
diberikan oleh Haris karena selama ini ia telah mendapatkan rezeki yang
melimpah dengan bekerja di Malaysia sekaligus mengingat fakta bahwa
kehidupan masyarakat di daerah pinggiran tersebut sama sekali tidak
mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah Republik Indonesia.
Sebagai seorang mantan pejuang kemerdekaan yang masih menggenggam
nilai-nilai nasionalisme yang tinggi, Hasyim jelas menolak ajakan
tersebut. Akhirnya, Haris hanya mengajak puterinya, Salina (Tissa Biani
Azzahra), untuk berangkat ke Malaysia dan meninggalkan ayah beserta
puteranya, Salman (Osa Aji Santoso), yang tidak ingin meninggalkan sang
kakek sendirian.
Dilema kehidupan di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia tidak semata-mata hanya dialami oleh Hasyim dan keluarganya. Tanah Surga… Katanya
juga menyinggung mengenai masalah pendidikan melalui karakter guru muda
bernama Astuti (Astri Nurdin) yang harus berjuang mengajar sendirian di
desa tersebut karena keterbatasan tenaga guru yang mengajar disana. Ada
juga karakter Anwar (Ringgo Agus Rahman), seorang dokter yang berasal
dari Bandung yang baru saja tiba disana setelah ditugaskan dari kota
asalnya di Bandung. Melalui kehidupan yang dijalani oleh
karakter-karakter tersebut di sepanjang penceritaan film inilah Tanah Surga… Katanya
berusaha menunjukkan bahwa tanah air Indonesia tidak seindah dan
semakmur bayangan masyarakatnya selama ini, khususnya ketika pemerintah
sama sekali bersikap acuh kepada nasib keseharian para warganya.
Satir yang disajikan oleh Tanah Surga… Katanya
memang secara berani mengkonfrontir berbagai isu yang dihadapi oleh
Indonesia selama ini dengan Malaysia. Memang, jalan cerita film ini
bukanlah berniat untuk menanamkan semangat kebencian terhadap negara
tetangganya tersebut. Tanah Surga… Katanya memilih untuk
membandingkan secara langsung bagaimana kesejahteraan kehidupan yang
saling bertolak belakang antara masyarakat Indonesia dan masyarakat
Malaysia yang hidup di garis perbatasan, dan bagaimana masyarakat
Indonesia mengais-ngais rezeki di wilayah negara tetangganya akibat
kurangnya kepedulian pemerintah yang berujung pada hilangnya pula rasa
kecintaan dan nasionalisme masuarakat di daerah tersebut terhadap negeri
kelahiran mereka sendiri. Kritis. Tajam. Namun pada kebanyakan bagian, Tanah Surga… Katanya
justru terkesan menyalahkan kesejahteraan negeri tetangga yang begitu
memikat daripada mengeksplorasi masalah yang dihadapi karakter
masyarakat di wilayah Indonesia dan usaha mereka untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Satir dan sindiran mengenai sikap nasionalisme di dalam jalan cerita Tanah Surga… Katanya
sendiri mampu dihadirkan secara elegan, melalui berbagai dialog maupun
adegan sindiran yang cukup berhasil untuk menghantarkan pesannya – walau
pada beberapa bagian terkesan dieksekusi secara terlalu berlebihan. Pun
begitu, kematangan kemampuan penampilan akting para jajaran pengisi
departemen akting Tanah Surga… Katanya berhasil membuat
berbagai sisi kehidupan yang ingin disampaikan film ini menjadi dapat
tersampaikan dengan lugas. Pujian khusus tentu layak disematkan kepada
pemeran Salman, Osa Oji Santoso, yang mampu memberikan penampilan akting
yang apik sekaligus menjaga ritme emosional cerita di setiap
penampilannya. Nama-nama lain seperti Ence Bagus, Fuad Idris, Ringgo
Agus Rahman – yang sepertinya semakin baik dalam memilih peran-peran
yang ia mainkan, Astri Nurdin dan Norman Akyuwen semakin menambah kokoh
kekuatan pondasi akting film ini.
Herwin Novianto sendiri harus diberikan
pujian atas kemampuannya untuk mengarahkan film ini, baik dari sisi
penjagaan alur ritme penceritaan film maupun pengarahan dari tata
produksi film ini. Jelas tidak mudah untuk mengarahkan sebuah drama
satir agar tetap mampu dinikmati oleh khalayak ramai. Namun, Herwin
berhasil mengeksekusi naskah cerita arahan Danial Rifki dengan cukup
baik. Kekuatan penceritaan tersebut juga didukung dengan kualitas
penampilan audio dan visual yang begitu berkelas. Sinematografi arahan
Anggi Frisca mampu menangkap alam Kalimantan dengan penuh kesan
eksotismenya, sementara tata musik karya Thoersi Argeswara juga mampu
mengisi setiap adegan dengan tambahan emosi yang lebih kuat.
Harus diakui, jika dibandingkan dengan film-film Indonesia lain yang bertema serupa seperti Batas (2011) atau Tanah Air Beta (2010), Tanah Surga… Katanya memiliki nilai kritikan yang jauh lebih tajam. Sayangnya, seiring dengan berjalannya durasi film, Tanah Surga… Katanya
menjadi kehilangan fokus, berlarut dalam drama yang kurang mampu
tergarap dengan baik dan semakin bertele-tele dalam penyampaian
ceritanya. Pun begitu, dukungan keapikan penampilan akting para jajaran
pemerannya serta kualitas tata produksi film ini setidaknya tetap mampu
membuat Tanah Surga… Katanya menjadi sebuah sajian yang
berkualitas untuk disimak. Tidak istimewa, namun jelas sebuah hasil
produksi dengan kualitas yang cukup memuaskan.
Tanah Surga… Katanya (2012)
Directed by Herwin Novianto Produced by Deddy Mizwar, Gatot Brajamusti, Bustal Nawawi Written by Danial Rifki Starring
Osa Aji Santoso, Fuad Idris, Ence Bagus, Astri Nurdin, Tissa Biani
Azzahra, Ringgo Agus Rahman, Norman Akyuwen, Harmonika, Deddy Mizwar,
Gatot Brajamusti, Muhammad Rizky, Luqyaanaa Audrei Surikat, Eko Adi
Saputro, Fransiskus Xaverius Bintang Indramayu, Andriyanus Riyan,
Frosentiaus Lanyo, Anisa Putri Ranidita, Andre Dimas Apri Music by Thoersi Argeswara Cinematography Anggi Frisca Editing by Endah Prabowo Studio Demi Gisela Citra Sinema/Brajamusti Films Running time 90 minutes Country Indonesia Language Indonesian
Sumber : http://amiratthemovies.wordpress.com/2012/08/18/review-tanah-surga-katanya-2012/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar