Kenduri di Brosot Galur Kulon
Progo
1. Pelaksanaan Upacara
Genduren (kenduri) adalah tradisi
berkumpul yang dilakukan oleh beberapa orang biasanya laki-laki dengan tujuan
berdoa meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang
penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang genduren. Genduren
bisa berwujud selamatan syukuran atau bisa juga bisa berwujud selamatan
peringatan. Selamtan syukuran misalnya syukuran karena anaknya akan menikah,
syukuran telah berdirinya rumah baru,dll. Sedangkan selamatan peringatan
contohnya selapanan, mitoni, dll.
Dalam melaksanakan genduren
ada orang sebagai pemimpin do’a sekaligus yang mengikrarkan hajat tuan rumah. Seorang pemimpin itu biasa disebut
sebagai Mbah Kaum. Jadi, “genduren” ini bisa didefinisikan
sebagai perbuatan ‘doa berjamaah’ dengan seorang Imam dan sebagai media
pemberitahuan untuk masyarakat sekitar bahwa tetangganya ada yang sedang
memiliki hajat. Tujuannnya adalah agar mendapatkan banyak doa restu demi
kelancaran.
Saat para bapak sudah berdatangan,
mereka duduk bersila dan melingkar di tempat yang telah disediakan oleh sang
pemilik hajatan. Setelah sekiranya semua hadir, acara genduren dilaksanakan.
Mbah Kaum juga bersiap untuk memulai acara genduren saat itu. Saat genduren,
do’a yang dilawalkan antara lain thayyibah, tahmid, takbir, tasybih,
shalawat, do’a dan permohonan ampunan untuk orang yang meninggal dunia, dll.
Setelah
selesai dalam berdo’a para hadirin diberikan berkat dalam bentuk mentahan atau
matengan tanpa harus memberikan kado ataupun sumbangan
seperti kondangan. Berkat dalam bentuk mentahan artinya makanan yang diberikan
adalah bahan-bahan yang belum diolah. Isi dari berkat mentahan itu adalah
beras,gula pasir, teh, mie instant, nasi
uduk, kolak, jadah, tempe, telur rebus, dan apem. Sedang berkat matengan adalah
berkat yang diberikan kepada para hadirin dalam bentuk makanan yang telah
dimasak. Isi dari berkat matengan ini antara lain nasi putih, lauk pauk yang
telah diberi sudi contohnya bakmi putih,bakmi kuning, oseng-oseng kentang, capjae, gudhangan,
kolak, nasi uduk, krupuk, sayur tempe, dll.
Pada intinya kenduri ini
dilaksanakan untuk merawat, menjaga kebersamaan dan menjadi alat kontrol sosial
yang mampu mempersatukan, bahkan
mempererat kesatuan untuk berbondong-bondong datang dan berdo’a
bersama-sama.
2. Nilai-nilai
Keislaman
Nialai keislaman yang dapat diambil
dari pelaksanaan genduren antara lain
A.
Berdo’a bersama-sama
Karena dalam genduren dilaksanakan beberopa do’a
dzikir antara lain untuk orang yang meninggal.
B.
Pahala sedekah
Dari Aisyah ra bahwa sungguh telah
datang seorang lelaki pada Nabi saw seraya berkata : Wahai Rasulullah, sungguh
ibuku telah meninggal mendadak sebelum berwasiat, kukira bila ia sempat bicara
mestilah ia akan bersedekah, bolehkah aku bersedekah atas namanya?, Rasul saw
menjawab : “Boleh” (Shahih Muslim hadits No.1004). Berkata Hujjatul Islam Al
Imam Nawawi rahimahullah : وفي هذا الحديث
أن الصدقة عن الميت تنفع
الميت ويصله ثوابها وهو كذلك
باجماع العلماء وكذا أجمعوا على
وصول الدعاء
“Dan dalam hadits ini (hadits
riwayat shahih muslim diatas) menjelaskan bahwa shadaqah untuk mayit bermanfaat
bagi mayit, dan pahalanya disampaikan pada mayyit, demikian pula menurut Ijma
(sepakat) para ulama, dan demikian pula mereka bersepakat atas sampainya doa
doa” (Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim juz 7 hal 90).
Hal ini berarti bila keluarga rumah
duka menyediakan makanan dengan maksud bersedekah maka hal itu sunnah, apalagi
bila diniatkan pahala sedekahnya untuk mayyit. Demikian kebanyakan orang-orang
yang kematian, mereka menjamu tamu–tamu dengan sedekah yang pahalanya untuk si
mayyit, maka hal ini sunnah.
C. Saling
berbagi
Saat yang punya hajat ingin
mengadakan genduren tentu saja berkat yang diberikan akan bermanfaat bagi orang
lain yang menerimanya, terlebih-lebih orang tersebut memang sangat membutuhkan.
D. Silaturahmi
Dengan adanya genduren, maka banyak
orang yang dapat bertemu secara langsung dan bersilaturahmi antar sesama.
3.
Komentar
Dalam
kegiatan genduren yang dilaksanakan di Brosot Galur Kulon Progo memiliki
beberapa manfaat seperti mempererat silaturahmi, dapat saling berbagi, berdo’a
bersama-sama, dll. Namun, hal buruknya juga ada yakni ketika saat genduren
terkadang hal-hal yang berbau mistik dan dapat menyebabkan kemusrikan masih
terjadi, seperti memasang kembang di
perempatan atau pertigaan desa sebelum acara genduren dimulai.
( Melan Kusumandari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar